Jumat, 11 Desember 2009

Mengenal Kolintang



Mungkin beberapa orang yang tinggal di Indonesia bagian Barat mungkin asing mendengar nama ‘kolintang’. Alat musik tradisional ini memang kian surut kiprahnya dalam ranah budaya.

Sebagai penambah pengetahuan, berikut merupakan informasi seputar alat musik khas dari Minahasa, Sulawesi Utara ini:

Kolintang terbuat dari bahan dasar kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah. Layaknya kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).

Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.

Mulanya, Kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah. Di mana, kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat.

Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa pada 1830. Kala itu, peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongan.

Konon, pemakaian kolintang erat hubungan dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama sekali selama ± 100th.

Sesudah Perang Dunia II bergulir, kolintang muncul kembali. Hal ini dipelopori oleh Nelwan Katuuk (seorang yang menyusun nada kolintang menurut susunan nada musik universal). Pada mulanya hanya terdiri dari satu melodi dengan susunan nada diatonis, dengan jarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat "string" seperti gitar, ukulele dan stringbas.

Tahun 1954 kolintang sudah dibuat 2 ½ oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah mencapai 3 ½ oktaf dengan nada 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Dasar nada masih terbatas pada tiga kunci (Naturel, 1 mol, dan 1 kruis) dengan jarak nada 4 ½ oktaf dari F s./d. C. Dan pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas alat, perluasan jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara), maupun penampilan. Saat ini Kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 (enam) oktaf dengan chromatisch penuh.


PERALATAN & CARA MEMAINKAN
Setiap alat memiliki nama yang lazim dikenal. Nama atau istilah peralatan Musik kolintang selain menggunakan bahasa tersebut diatas juga memiliki nama dengan menggunakan bahasa Minahasa, dan untuk disebut lengkap alat alat tersebut berjumlah 9 buah. Tetapi untuk kalangan professional, cukup 6 buah alat sudah dapat memainkan secara lengkap. Kelengkapan alat tersebut sebagai berikut:

B - Bas = Loway C - Cello = Cella T - Tenor 1 = Karua - Tenor 2 = Karua rua A - Alto 1 = Uner - Alto 2 = Uner rua U - Ukulele = Katelu M - Melody 1 = Ina esa - Melody 2 = Ina rua - Melody 3 = Ina taweng


MELODY
Fungsi pembawa lagu, dapat disamakan dengan melody gitar, biola, xylophone, atau vibraphone. Hanya saja dikarenakan suaranya kurang panjang, maka pada nada yang dinginkan; harus ditahan dengan cara menggetarkan pemukulnya( rall). Biasanya menggunakan dua pemukul, maka salah satu melody pokok yang lain kombinasinya sama dengan orang menyanyi duet atau trio (jika memakai tiga pemukul). Bila ada dua melody, maka dapat digunakan bersama agar suaranya lebih kuat. Dengan begitu dapat mengimbangi pengiring (terutama untuk Set Lengkap) atau bisa juga dimainkan dengan cara memukul nada yang sama tetapi dengan oktaf yang berbeda. Atau salah satu melody memainkan pokok lagu, yang satunya lagi improvisasi.

CELLO
Bersama melody dapat disamakan dengan piano, yaitu; tangan kanan pada piano diganti dengan melody, tangan kiki pada piano diganti dengan cello. Tangan kiri pada cello memegang pemukul no.1 berfungsi sebagai bas, sedangkan tangan kanan berfungsi pengiring (pemukul no.2 dan no.3). Maka dari itu alat ini sering disebut dengan Contra Bas. Jika dimainkan pada fungsi cello pada orkes keroncong, akan lebih mudah bila memakai dua pemukul saja. Sebab fungsi pemukul no.2 dan no.3 sudah ada pada tenor maupun alto.

TENOR I & ALTO I Keenam buah pemukul dapat disamakan dengan enam senar gitar.

ALTO II & BANJO
Sni sebagai ukulele dan "cuk" pada orkes keroncong.

ALTO III (UKULELE)
Pada kolintang, alat ini sebagai ‘cimbal’, karena bernada tinggi. Maka pemukul alto III akan lebih baik jika tidak berkaret asal dimainkan dengan halus agar tidak menutupi suara melody (lihat petunjuk pemakaian bass dan melody contra).

TENOR II (GITAR)
Sama dengan tenor I, untuk memperkuat pengiring bernada rendah.

BASS
Alat ini berukuran paling besar dan menghasilkan suara yang paling rendah.

SUSUNAN ALAT
Lengkap (9 pemain) : Melody - Depan tengah Bass - Belakang kiri Cello - Belakang kanan Alat yang lain tergantung lebar panggung (2 atau 3 baris) dengan memperhatikan fungsi alat (Tenor & Alto).

NADA NADA DASAR

C = 1 3 5 Cm = 1 2 5 D = 2 4 6 Dm = 2 4 6 E = 3 5 7 Em = 3 5 7 F = 4 6 1 Fm = 4 5 1 G = 5 7 2 Gm = 5 6 2 A = 6 1 3 Am = 6 1 3 B = 7 2 4 Bm = 7 2 4

Sedangkan chord lain, yang merupakan pengembangan dari chord tersebut diatas, seperti C7 = 1 3 5 6, artinya nada do diturunkan 1 nada maka menjadi le . Sehingga saat membunyikan 3 bilah dan terdengar unsur bunyi nada ke 7 dalam chord C, maka chord tersebut menjadi chord C7. Demikian pula dengan chord yang lain.

CARA MEMEGANG PEMUKUL/ STICK KOLINTANG

Memegang Pemukul Kolintang, memang tidak memiliki ketentuan yang baku, tergantung dari kebiasaan dan kenyamanan tangan terhadap stik. Tetapi umumnya memegang stick kolintang dilakukan dengan cara : No. 1 Selalu di tangan kiri No. 2 Di tangan kanan (antara ibu jari dengan telunjuk) No. 3 Di tangan kanan (antara jari tengah dengan jari manis) – agar pemukul no.2 dapat digerakkan dengan bebas mendekat dan menjauh dari no.3, sesuai dengan accord yang diinginkan. Dan cara memukul dan disesuaikan dengan ketukan dan irama yang diinginkan, dan setiap alat memiliki, ciri tertentu sesuai fungsi didalam mengiringi suatu lagu. Pada alat Bass dan alat Melody umumnya hanya menggunakan 2 stick, sehingga lebih mudah dan nyaman pada tangan. ( Nomor nomor tersebut diatas telah tertera disetiap pangkal pemukul stick masing masing alat kolintang)

Teknik Dasar memainkan stick pada bilah kolintang sesuai alat dan jenis irama

Dari sekian banyak irama dan juga lagu yang ada, beberapa lagu sebagai panduan untuk memainkan alat musik kolintang disertakan dalam materi ini. Seperti: • Sarinande • Lapapaja • Halo halo Bandung • Besame Mucho Lagu lagu tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda baik chord dan irama. Lagu lagu tersebut telah dilengkapi dengan partitur serta chord/ accord untuk memudahkan memahami alat musik kolintang.

Demikian pula dengan teknik memukulkan stick pada bilah kolintang. Karena sesuai irama yang beraneka ragam, maka untuk menghasilkan irama tertentu maka teknik memukulkan stik pada tiap alat pun berbeda beda. Pada materi ini, diberikan teknik teknik dasar cara memukulkan stick pada kolintang. Untuk dapat memahami teknik, dibutuhkan pengetahuan akan harga dan jumlah ketukan dalam setiap bar nada. Dan berbekal pengetahuan dasar dasar bermain kolintang ini saja, ditambah dengan bakat individu, maka grup/ kelompok musik kolintang telah dapat memainkan berbagai jenis lagu dengan tingkat kesulitan yang variatif secara spontan. Sumber : www.budaya-indonesia.org dan www.kolintang.co.id.

Nusantara dalam Kacamata Aneka


Dalam wikipedia, kebudayaan Indonesia didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.

Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.

Sedangkan budaya Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.

Untuk kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.

Berkat kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.

Suku bangsa begitu melimpah ruah di negeri tercinta ini. Ada sekitar 489 suku yang mendiami tanah air dengan perbedaan bahasa, sekaligus tata cara atau gaya hidup. Kekayaan pulaunya pun membuat decak kagum. Tercatat, sekitar 17.504 pulau yang membentang sepanjang Timur hingga Barat Nusantara. Dari keseluruhan, pulau yang sudah ternama ada 7.870, sedangkan 9.634 pulau masih menjadi pulau misteri akibat belum mendapat nama.

Seperti makna Bhineka Tunggal Ika, budaya, suku, bahasa serta ras asli yang mendiami Ibu Pertiwi begitu banyak namun berlandaskan pada kesatuan Indonesia. Karena itu, seperti amanat para founding father selayaknya kekayaan alam serta budaya Indonesia mendapat kelestarian, supaya Nusantara tak goyah diterjang badai.

Senin, 07 Desember 2009

Indonesia, Mau Dibawa Kemana?


Publikasi yang berkualitas tentang seni budaya Indonesia sampai saat ini masih diwarnai oleh para peneliti dan sarjana asing yang karyanya banyak tersebar di berbagai daerah. Adapun di dalam negeri karya seperti itu masih terhambat minimnya dana dan minimnya apresiasi.

Buku-buku yang cukup standar secara akademis tentang Minangkabau, misalnya, selama ini masih merujuk pada karya-karya sarjana asing, yang memang secara mendalam dan sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya.

Budayawan dan mantan Ketua Dewan Kesenian Sumatera Barat, Edy Utama, mengatakan hal itu ketika dihubungi Senin (31/8) di Padang.

”Kalau ada yang ingin melakukan penelitian tentang teater tradisional Minangkabau, randai, misalnya, kita masih harus merujuk kepada karya Prof Kirstin Pauka dari Hawaii University serta tentang silat Minangkabau pada karya Dr Hiltrud Cordes dari Jerman. Atau, kalau mau mempelajari sijobang, sebuah teater tutur dari Payakumbuh, kita masih terpaksa menggunakan hasil penelitian Nigel Philyps dari SOAS Inggris,” katanya.

Edy menjelaskan, kita nyaris tak bisa menemukan karya-karya yang dipublikasikan yang ditulis secara mendalam tentang seni budaya kita oleh orang Indonesia sendiri. Jika mau mempelajari budaya masyarakat Mentawai, hampir 100 persen buku rujukannya karya orang asing.

Dihubungi secara terpisah, sastrawan asal Bali, Tan Lioe Ie, mengatakan, pemerintah harus memberi apresiasi lebih terhadap seni budaya, dengan mendorong kalangan akademisi atau peminat kebudayaan untuk meneliti dan menulis buku seni budaya.

”Upaya pendokumentasian berbagai seni budaya yang kita miliki perlu digalakkan, termasuk di dalamnya penerbitan buku seni budaya, penerjemahan ke dalam berbagai bahasa, dan pendistribusiannya ke berbagai negara,” katanya. ”Jika seni budaya kita dikenal luas di dalam dan luar negeri, besar kemungkinan rakyat akan bangga dan mencintainya,” ujar Lioe Ie.

Minim dana dan apresiasi

Menurut Edy Utama, kurangnya publikasi atau penerbitan buku-buku tentang seni budaya di Indonesia, umumnya, dan Sumatera Barat, khususnya, selain dana sangat kurang, juga disebabkan belum ada orang yang sungguh-sungguh mau mengabdikan hidupnya untuk mengamati, meneliti, dan menulis seni budaya itu sendiri.

Kalau orangnya pun ada, ia juga akan terbentur dengan minimnya dana dan apresiasi dari pemerintah serta masyarakat sehingga hasil karyanya tidak cukup mendalam dan kurang komprehensif. Sebetulnya, berbagai bentuk penelitian awal tentang seni budaya di Sumatera Barat telah banyak dilakukan, terutama untuk keperluan akademis.

Banyak dosen yang telah membuat tesis dan bahkan juga disertasi tentang seni budaya, tetapi belum banyak yang dipublikasikan, dengan alasan tidak adanya dana penerbitan.

”Memang tidak semua hasil penelitian akademis punya kualitas, tetapi sebagai bahan awal untuk menelusuri kekayaan khazanah seni budaya di daerah, dapat dikatakan sudah cukup memadai. Tinggal lagi melakukan penelitian lanjutan sehingga dapat dijadikan bahan publikasi dalam bentuk buku yang dapat dikonsumsi oleh umum,” tutur Edy Utama.

Sementara itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat masih menginventarisasi seni budaya yang ada di setiap kabupaten dan kota. Diharapkan pada tahun 2010 seluruh seni tradisi yang ada bisa didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.

”Tahun ini tidak bisa karena tidak ada anggarannya,” kata Kepala Bidang Kesenian dan Perfilman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat Oden Effendi. Berdasarkan pendataan tahun 2004, ada 398 kesenian tradisi yang ada di Jawa Barat, mencakup seni tari, pertunjukan, hingga alat musik.

Ketergantungan

Dia berpendapat, minimnya publikasi tentang seni budaya kita, apalagi yang berkualitas, telah menyebabkan kita terjebak ketergantungan terus-menerus terhadap hasil pengetahuan orang asing (Barat).

Padahal, kalau mau memahami budayanya secara mendalam sebagai hasil pergulatan kreatif anak bangsa, mau tidak mau, kita harus mendorong penelitian, kajian, dan publikasi oleh bangsa sendiri.

Perspektif orang dalam di sisi lain akan bisa mengungkap banyak hal dari karakteristik budaya kita yang unik, plural—yang orang luar belum tentu dapat menangkap ruhnya sepenuhnya.

”Saya percaya, jika para sarjana, seniman, dan wartawan kita diberi peluang dan dukungan pendanaan yang cukup, akan dapat menghasilkan karya-karya penulisan tentang seni budaya kita, yang siap dipublikasikan ke dunia. Dengan cara itu, kita telah menyatakan kepada dunia bahwa berbagai seni budaya yang sangat kaya ini adalah milik kita meskipun belum dipatenkan atau didaftarkan,” katanya.

Selain untuk mempertahankan dari klaim bangsa lain, penelitian, kajian, dan publikasi tersebut juga berguna bagi pewarisan budaya—salah satu masalah paling krusial dalam kehidupan bangsa kita dewasa ini.

Lembaga kebudayaan

Tan Lioe Ie mengatakan, perlu peran media yang punya akses luas ke masyarakat dalam memublikasikan berbagai hal menyangkut seni budaya. Pemerintah juga perlu memberi apresiasi lebih kepada seni budaya kita, termasuk senimannya, begitu pula dunia usaha, seperti sektor pariwisata yang ”diuntungkan” oleh seni budaya kita.

”Perlu lembaga kebudayaan Indonesia di berbagai negara untuk mempromosikan seni budaya kita, semacam Goethe Institute dan Erasmus Huis, mendukung penerbitan karya seni, pengiriman seniman ke luar negeri, tradisional ataupun modern, untuk ditampilkan kepada warga negara setempat, selain ditampilkan di berbagai ajang festival seni budaya di dalam negeri sendiri serta ditayangkan/dipublikasikan secara luas agar masyarakat kenal dan cinta seni budayanya, baik yang tradisional maupun modern,” katanya.

Untuk teknis pelaksanaan, pemerintah bisa bermitra dengan swasta dan memiliki kurator yang bagus sehingga festival itu bermutu dan layak berita, baik bagi media dari Indonesia sendiri maupun media asing. Tentu upaya ini perlu dilakukan terus-menerus karena sulit berharap hasilnya secara instan.

* Dinukil dari Harian Kompas Edisi 1 September 2009

Menilik Yogyakarta dan Mengisi Liburan dengan Tontonan Meriah



Siapa yang bisa menyangkal kalau Yogyakarta sebagai kota penuh pesona? Kota pelajar yang menghadirkan keramahtamahan serta menyimpan kekayaan budaya itu menjadi salah satu tempat kunjungan turis, naik domestik maupun luar negeri.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah provinsi tertua kedua di Negara Republik Indonesia setelah Jawa Timur, yang dibentuk oleh pemerintah negara bagian Indonesia. Provinsi ini juga memiliki status istimewa atau otonomi khusus sebagai warisan dari zaman sebelum kemerdekaan.

Kesultanan Yogyakarta dan juga Kadipaten Paku Alaman, sebagai cikal bakal atau asal usul DIY, memiliki status sebagai “Kerajaan vasal/Negara bagian/Dependent state” dalam pemerintahan penjajahan mulai dari VOC , Hindia Perancis (Republik Bataav Belanda-Perancis), India Timur/EIC (Kerajaan Inggris), Hindia Belanda (Kerajaan Nederland), dan terakhir Tentara Angkatan Darat XVI Jepang (Kekaisaran Jepang). Oleh Belanda status tersebut disebut sebagai Zelfbestuurende Lanschappen. Sedangkan, Jepang menyebutnya Koti/Kooti.

Pembawaan status ini membawa konsekuensi hukum dan politik berupa kewenangan untuk mengatur dan mengurus wilayah (negaranya) sendiri meski tetap dalam pengawasan. Status ini pula yang kemudian juga diakui dan diberi payung hukum oleh bapak pendiri bangsa, Ir Soekarno yang duduk dalam BPUPKI dan PPKI sebagai sebuah daerah bukan lagi sebagai sebuah negara

Lebih jauh sebelumnya, Yogya merupakan pusat kerajaan Mataram (1575-1640), dan sampai sekarang ada Kraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya. Ada banyak candi berusia ribuan tahun yang masih tegak berdiri sebagai peninggalan kerajaan-kerajaan besar jaman dahulu. Salah satunya adalah Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 oleh dinasti Syailendra.

Selain warisan budaya, Yogya juga punya panorama alam yang menawan. Hamparan sawah nan hijau menyelimuti daerah pinggiran dengan Gunung Merapi tampak sebagai latar belakang. Pantai-pantai yang masih alami dengan mudah ditemukan di sebelah selatan.

Masyarakatnya hidup dalam damai dan memiliki keramahan yang khas. Coba saja Anda mengelilingi kota dengan sepeda, becak, atau andong! Maka Anda akan menemukan senyum yang tulus dan sapaan yang hangat di setiap sudut kota. Anda merasa tiba-tiba seperti sedang berada di rumah.

Tak Cuma itu,  atmosfir seni begitu terasa. Malioboro, yang merupakan urat nadi Yogya, dibanjiri barang kerajinan dari segenap penjuru. Musisi jalanan pun selalu siap menghibur pengunjung warung-warung lesehan. Banyak orang yang pernah berkunjung ke Jogja mengatakan bahwa kota ini selalu bikin kangen.

Nah, sebagai informasi buat Anda yang mengunjungi Yogya atau sudah berdiam di sana ada informasi agar Anda bisa berbetah diri mengenal lebih jauh kebudayaannya. Berikut adalah info kegiatan yang bisa Anda kunjungi dengan biaya kocek yang kecil.


1. Acara setiap hari

PERMAINAN MASANGIN
Waktu : Pkl. 19.00 wib - selesai
Tempat : Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta
Kategori : Permainan
Deskripsi : Berjalan dengan mata tertutup untuk memasuki ruang di antara dua pohon beringin yang ada di Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta. Bila beruntung,  maka dapat melewati kedua beringin itu dengan lancar. Tapi, banyak orang yang berjalan melenceng  jauh sehingga mengundang tawa. Agar makin seru, permainan ini menghadirkan para kerabat, teman atau bahkan kekasih Anda.
Biaya : Gratis


Pagelaran Ramayana Ballet
Waktu : Pkl 20.00 - 21.30 wib
Tempat : Purawisata. Jl. Brigjen Katamso. Telp +62 274 375705
Kategori : Pertunjukan budaya, Sendratari
Deskripsi : Ramayana Ballet adalah seni pertunjukan yang cantik, mengagumkan dan sulit tertandingi. Pertunjukan ini mampu menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dalam satu panggung dan satu momentum untuk menyuguhkan kisah Ramayana yang dirangkum dalam 4 babak: penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta. Pertunjukan Ramayana Ballet di Purowisata telah memecahkan rekor 25 tahun pementasan tanpa henti sehingga mendapat penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia).
Tiket : Rp. 140.000 (pertunjukan saja) atau Rp. 250.000 (pertunjukan + dinner)

Pagelaran Musik Dangdut
Waktu : Pkl 20.30 - 23.00 WIB
Tempat : Purawisata. Jl. Brigjen Katamso. Telp: +62 274 375705
Kategori : Musik
Deskripsi : Dangdut adalah genre musik yang sangat populer di Indonesia dan merupakan hasil perpaduan dari musik tradisional Arab, India, dan Melayu. Daya tarik pertunjukan musik dangdut adalah pada irama musiknya yang menghibur, kecantikan penyanyinya, dan terutama joget / gerakan penyanyinya mengikuti irama lagu. Purawisata menampilkan Orkes Melayu dan penyanyi yang berbeda setiap malam.
Tiket    :           Rp. 8.000 (hari biasa). Rp. 10.000 (malam minggu)

Pagelaran Wayang Kulit dengan Lakon Ramayana
Waktu : Pkl 20.00 - 22.00 WIB
Tempat : Museum Sonobudoyo. Jl. Trikora No. 6 Yogyakarta.  Tlp: +62 274 418330
Kategori : Pertunjukan budaya
Deskripsi : Wayang kulit adalah mahakarya seni pertunjukan Jawa yang telah mendapat pengakuan dari UNESCO. Seorang dalang memainkan wayang yang terbuat dari kulit kerbau di balik layar yang terbuat dari kain putih, sehingga para penonton hanya dapat melihat bayangannya saja. Itulah sebabnya pertunjukan ini dinamakan wayang, yang berasal dari kata "bayang". Daya tarik pertunjukan wayang kulit terletak pada kelincahan ki dalang memainkan berbagai tokoh wayang sekaligus dengan gerakan yang atraktif, mengubah karakter suara, berganti intonasi, melontarkan guyonan dan bahkan bernyanyi.
Tiket : Rp. 20.000

2. Acara Mingguan
2.1.Setiap hari Minggu
Pagelaran Wayang Orang
Waktu : Pkl 11.00 - 12.00 WIB
Tempat  : Keraton Yogyakarta
Jl. Rotowijayan No. 1. Telp.  +62 274 373721
Kategori  : Pertunjukan budaya, Teater
Deskripsi : Wayang orang adalah seni teater tradisional Jawa yang memadukan unsur drama, tari, dan musik. Aktor dalam pertunjukan ini berdandan menyerupai tokoh wayang kulit yang diperankannya. Cerita dalam pertunjukan wayang orang selalu mengambil tema dari kisah Mahabharata atau Ramayana.
Tiket : Acara ini gratis, kita hanya membayar tiket untuk masuk Keraton sebesar Rp. 5.000 untuk wisatawan lokal, Rp. 12.500 untuk wisatawan mancanegara.

Pentas Seni
Waktu : Pkl 10.00 - 16.00 WIB
Tempat  : Tlogo Putri, Kaliurang
Kategori : Musik
Deskripsi : Pertunjukkan kesenian yang variatif mulai dari musik keroncong hingga dangdut. Amat pas bagi anda yang ingin refreshing sambil menikmati keindahan alam Kaliurang. Acara ini juga diadakan pada hari libur nasional.
Tiket : Acaranya gratis. Kita hanya membayar tiket untuk masuk ke Obyek Wisata Kaliurang (Rp. 2.500 / orang). Kegiatan ini juga dilakukan pada hari libur nasional.


Pagelaran Ketoptrak
Waktu : Minggu malam di awal bulan Pkl. 20.00 - 24.00 wib
Tempat : Auditorium RRI. Jl. Affandi / Jl. Gejayan. Telp. +62 274 512783
Kategori : Pertunjukan budaya, Teater
Deskripsi         : Ketoprak adalah seni teater tradisional Jawa. Mirip dengan Wayang Orang, ketoprak menyajikan sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa dan musik gamelan. Perbedaannya, pertunjukan Ketoprak tidak mengambil tema cerita dari kisah Mahabharata atau Ramayana melainkan dari legenda ataupun cerita bebas lainnya.
Tiket    :           Rp. 5.000

2.2. Setiap hari Senin dan Selasa
PAGELARAN KARAWITAN
Waktu             : Pkl. 10.00 - 12.00 WIB
Tempat            : Keraton Yogyakarta. Jl. Rotowijayan No. 1. Telp. +62 274 373721
Kategori          : Pertunjukan budaya, Musik
Deskripsi         : Pertunjukan gabungan dari alunan musik gamelan dan menyanyi. Karawitan berasal dari bahasa Sansekerta "rawit" yang berarti halus. Menyaksikan pertunjukkan ini dapat diibaratkan menghirup nilai - nilai ideal musik Jawa tepat di tempatnya, Keraton Yogyakarta.
Tiket    :           Acara ini gratis, kita hanya membayar tiket untuk masuk ke Kraton (Rp. 5.000 untuk wisatawan lokal, Rp. 12.500 untuk wisatawan mancanegara)


2.3. Setiap hari Rabu
PAGELARAN WAYANG GOLEK
Waktu             : Pkl 10.00 - 12.00 wib
Tempat            : Keraton Yogyakarta. Jl. Rotowijayan No. 1. Telp. +62 274 373721

Kategori          : Pertunjukan budaya
Deskripsi         : Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di Jawa Barat.
Tiket                : Acara ini gratis, kita hanya membayar tiket untuk masuk ke Kraton (Rp. 5.000 untuk wisatawan lokal, Rp. 12.500 untuk wisatawan mancanegara)

2.4. Setiap hari Kamis
Gamelan PAGELARAN GAMELAN DAN SENDRATARI KLASIK
Waktu             : Pukul 10.00 - 12.00 wib
Tempat            : Keraton Yogyakarta. Jl. Rotowijayan No. 1. Telp. +62 274 373721
Kategori          : ertunjukan budaya, Musik
Deskripsi         : Menyaksikan falsafah hidup orang Jawa melalui musik. Itulah yang akan didapatkan ketika menyaksikan pertunjukkan gamelan ditempat ini. Mendengarkan irama gamelan seperti mendengarkan alunan keselarasan yang menenangkan dan menentramkan jiwa.
Tiket                : Acaranya gratis. Kita hanya membayar tiket untuk masuk ke Kraton (Rp. 5.000 untuk wisatawan lokal, Rp. 12.500 untuk wisatawan mancanegara)

2.5. Setiap hari Jumat
Pagelaran Seni Macapat
Waktu             : Pk. 10.00 - 11.30 wib
Tempat            : Keraton Yogyakarta
Jl. Rotowijayan No. 1. Telp. 62 274 373721
Kategori          : Pertunjukan budaya, Musik
Deskripsi         : Pementasan puisi Jawa yang diiringi oleh gamelan. Puisi ini dilantunkan seperti lagu yang memiliki aturan dan bentuk tertentu. Ada tujuh jenis lagu dalam macapat; seperti dhandang gula, sinom, asmarandana, dan kinanthi. Tiap-tiap lagu memiliki jumlah lirik dan bunyi yang disebut guru.
Tiket                : Acaranya gratis, kita hanya membayar tiket untuk masuk ke Kraton (Rp. 5.000 untuk wisatawan lokal, Rp. 12.500 untuk wisatawan mancanegara)

2.6. Setiap hari Sabtu
Pagelaran Wayang Kulit
Waktu             : Setiap Sabtu, pk 09.00 - 13.00 WIB
Tempat            : Keraton Yogyakarta. Jl. Rotowijayan No. 1. Telp. +62 274 373721
Kategori          : Pertunjukan budaya
Deskripsi         : Wayang kulit adalah mahakarya seni pertunjukan Jawa yang telah mendapat pengakuan dari UNESCO. Seorang dalang memainkan wayang yang terbuat dari kulit kerbau di balik layar yang terbuat dari kain putih, sehingga para penonton hanya dapat melihat bayangannya saja. Itulah sebabnya pertunjukan ini dinamakan wayang, yang berasal dari kata "bayang". Daya tarik pertunjukan wayang kulit terletak pada kelincahan ki dalang memainkan berbagai tokoh wayang sekaligus dengan gerakan yang atraktif, mengubah karakter suara, berganti intonasi, melontarkan guyonan dan bahkan bernyanyi.
Tiket    :           Acara ini gratis, kita hanya membayar tiket untuk masuk ke Kraton (Rp. 5.000 untuk wisatawan lokal, Rp. 12.500 untuk wisatawan mancanegara)
Sumber : www.yogyes.com