Suara sekaligus gambar tayangan televisi beberapa hari ini terasa memuakkan. Kisah pilu bangsa yang compang camping di tengah deru peprpecahan kian menggema. Lalu lalang, orang pun sibuk dengan mengekploitasi kelemahan yang tercipta.
Oh bangsaku… yang masih duduk tersungkur di antara berjuta kepentingan….
Lalu, terdengar suara nestapa dari rintihan budayawan yang hampir tak makan karena buah karyanya dianggap tak lagi menjanjikan. Pewayang yang serak suaranya akibat tak satu penonton di tengah pertunjukan tanpa bea masuk. Serta, penari daerah yang kelelahan akibat tak ada sorak penuh dukungan.
Di pinggir desa, para penggeliat kuda lumping pun banting setir jadi penderes karet, karena tak ada lagi job manggung. Sementara kepala desa sibuk memarahi para ketua adat yang sudah temurun padahal ditahbiskan memarisi peninggalan budaya kaumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar